Kamis, 25 November 2010

ARTI DAN MAKNA KESETIAKAWANAN SOSIAL

ARTI DAN MAKNA KESETIAKAWANAN SOSIAL

Kesetiakawanan Sosial atau rasa solidaritas sosial adalah merupakan potensi spritual, komitmen bersama sekaligus jati diri bangsa oleh karena itu Kesetiakawanan Sosial merupakan Nurani bangsa Indonesia yang tereplikasi dari sikap dan perilaku yang dilandasi oleh pengertian, kesadaran, keyakinan tanggung jawab dan partisipasi sosial sesuai dengan kemampuan dari masing-masing warga masyarakat dengan semangat kebersamaan, kerelaan untuk berkorban demi sesama, kegotongroyongan dalam kebersamaan dan kekeluargaan.
Oleh karena itu Kesetiakawanan Sosial merupakan Nilai Dasar Kesejahteraan Sosial, modal sosial (Social Capital) yang ada dalam masyarakat terus digali, dikembangkan dan didayagunakan dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia untuk bernegara yaitu Masyarakat Sejahtera.
Sebagai nilai dasar kesejahteraan sosial, kesetiakawanan sosial harus terus direvitalisasi sesuai dengan kondisi aktual bangsa dan diimplementasikan dalam wujud nyata dalam kehidupan kita.
Kesetiakawanan sosial merupakan nilai yang bermakna bagi setiap bangsa. Jiwa dan semangat kesetiakawanan sosial dalam kehidupan bangsa dan masyarakat Indonesia pada hakekatnya telah ada sejak jaman nenek moyang kita jauh sebelum negara ini berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka yang kemudian dikenal sebagai bangsa Indonesia.
Jiwa dan semangat kesetiakawanan sosial tersebut dalam perjalanan kehidupan bangsa kita telah teruji dalam berbagai peristiwa sejarah, dengan puncak manifestasinya terwujud dalam tindak dan sikap berdasarkan rasa kebersamaan dari seluruh bangsa Indonesia pada saat menghadapi ancaman dari penjajah yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa.
Sejarah telah membuktikan bahwa bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan berkat semangat kesetiakawanan sosial yang tinggi. Oleh karena itu, semangat kesetiakawanan sosial harus senantiasa ditanamkan, ditingkatkan dan dikukuhkan melalui berbagai kegiatan termasuk peringatan HKSN setiap tahunnya.
HKSN yang kita peringati merupakan ungkapan rasa syukur dan hormat atas keberhasilan seluruh lapisan masyarakat Indonesia dalam menghadapi berbagai ancaman bangsa lain yang ingin menjajah kembali bangsa kita. Peringatan HKSN yang kita laksanakan setiap tanggal 20 Desember juga merupakan upaya untuk mengenang kembali, menghayati dan meneladani semangat nilai persatuan dan kesatuan, nilai kegotong-royongan, nilai kebersamaan, dan nilai kekeluargaan seluruh rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan.
Saat ini kita tidak lagi melakukan perjuangan secara fisik untuk mengusir penjajah, namun yang kita hadapi sekarang adalah peperangan menghadapi berbagai permasalahan sosial yang menimpa bangsa Indonesia seperti kemiskinan, keterlantaran, kesenjangan sosial, konflik SARA di beberapa daerah, bencana alam (gempa bumi, gunung meletus, tsunami, kekeringan, dll), serta ketidakadilan dan masalah-masalah lainnya.
Sesuai tuntutan saat ini, dengan memperhatikan potensi dan kemampuan bangsa kita, maka peringatan HKSN ( Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional ) ini yang merupakan pengejewantahan dari realisasi konkrit semangat kesetiakawanan sosial masyarakat. Dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai dukungan dan peran aktif dari seluruh komponen/elemen bangsa, bukan hanya tanggungjawab pemerintah saja melainkan tanggung jawab bersama secara kolektif seluruh masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, makna nilai kesetiakawanan sosial sebagai sikap dan perilaku masyarakat dikaitkan dengan peringatan HKSN ditujukan pada upaya membantu dan memecahkan berbagai permasalahan sosial bangsa dengan cara mendayagunakan peran aktif masyarakat secara luas, terorganisir dan berkelanjutan. Dengan demikian kesetiakawanan sosial masih akan tumbuh dan melekat dalam diri bangsa Indonesia yang dilandasi oleh nilai-nilai kemerdekaan, nilai kepahlawanan dan nilai-nilai kesetiakawanan itu sendiri dalam wawasan kebangsaan mewujudkan kebersamaan : hidup sejahtera, mati masuk surga, bersama membangun bangsa.
KESETIAKAWANAN SOSIAL SEBAGAI GERAKAN NASIONAL
Peringatan HKSN menjadi momentum yang sangat strategis sebagai upaya untuk mengembangkan dan mengimplementasikan kesetiakawanan sosial sebagai suatu gerakan nasional sesuai dengan kondisi dan tantangan jaman, kesetiakawanan sosial yang menembus baik lintas golongan dan paradaban maupun lintas SARA harus terus menggelora terimplementasi sepanjang masa, dengan demikian akan berwujud ”There is No Day Whithout Solidarity” (tiada hari tanpa kesetiakawanan sosial), kesetiakawanan sosial tidak berhenti pada harinya HKSN yang diperingati setiap tanggal 20 Desember di Tingkat Pusat, Provinsi dan Kab/Kota serta oleh seluruh lapisan masyarakat berkelanjutan selamanya dan sepanjang masa.
Kesetiakawanan sosial sebagai pengejewantahan dari sikap, perilaku dan jati diri bangsa Indonesia akan dapat menjadi modal yang besar dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial yang dihadapi bangsa ini secara bertahap untuk melakukan perbaikan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh tanah air, apabila nilai kemerdekaan, nilai kepahlawanan dan nilai kesetiakawanan itu melekat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kesetiakawanan terkikis zaman

Gagasan kesetiakawanan berawal dari solidaritas kerakyatan dan kebangsaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Solidaritas muncul karena kesamaan nasib (sejarah), kesamaan wilayah (teritorial), kesamaan kultural, dan bahasa. Menurut Ernest Renan [1823-1892], semua itu merupakan modal untuk membentuk nation. Kesadaran kebangsaan memuncak seiring deklarasi Sumpah Pemuda 1928. Sebuah semangat mengubah ”keakuan” menjadi ”kekamian” menuju ”kekitaan”.

Selanjutnya, kesetiakawanan sosial nasional tumbuh kuat karena faktor penjajahan. Dalam hal ini, kesetiakawanan mengejawantah dalam perjuangan mengusir penjajahan, baik masa prakemerdekaan maupun pascakemerdekaan. HKSN sendiri bermula dari semangat solidaritas nasional antara TNI dan rakyat dalam mengusir Belanda yang kembali pada 19 Desember 1948. Akhirnya kebersamaan yang dilandasi semangat rela berkorban dan mengutamakan kepentingan bangsa menjadi senjata ampuh untuk memerdekakan bangsa.

Namun, fakta lain menunjukkan, nilai-nilai kesetiakawanan kian terkikis. Saat ini solidaritas itu hanya muncul di ruang politik dengan semangat membela kepentingan masing-masing golongan. Menguat pula solidaritas kedaerahan yang mewujud dalam komunalisme dan tribalisme. Di bidang ekonomi, nilai solidaritas belum menjadi kesadaran nasional, baik di level struktural, institusional, maupun personal.

Menguatnya kesenjangan di berbagai ruang publik merupakan indikator melemahnya kesetiakawanan sosial. Basis-basis perekonomian dikuasai segelintir orang yang memiliki berbagai akses. Juga terjadi kesenjangan antarwilayah, antara pusat dan daerah, antarpulau, antaretnik, dan antargolongan.

Menurut Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah (2006), ada tiga hal yang menggerus nilai kesetiakawanan sosial. Pertama, menguatnya semangat individualis karena globalisasi. Gelombang globalisasi dengan paradigma kebebasan, langsung atau tidak, berdampak pada lunturnya nilai-nilai kultural masyarakat.

Kedua, menguatnya identitas komunal dan kedaerahan. Akibatnya, semangat kedaerahan dan komunal lebih dominan daripada nasionalisme.

Ketiga, lemahnya otoritas kepemimpinan. Hal ini terkait keteladanan para kepemimpinan yang kian memudar. Terkikisnya nilai kesetiakawanan menimbulkan ketidakpercayaan sosial, baik antara masyarakat dan pemerintah maupun antara masyarakat dan masyarakat, karena terpecah dalam aneka golongan.

Menemukan kembali kesetiakawanan

Dalam perjalanan sejarah, kita memerlukan momentum untuk membangkitkan semangat dan daya implementasi baru. Di tengah krisis finansial global, mungkin sudah saatnya menemukan kembali nilai-nilai kesetiakawanan sosial guna menjawab aneka masalah kebangsaan.

Saatnya kita menumbuhkan apa yang disebut Komaruddin Hidayat (2008) grand solidarity untuk kemudian diaplikasi ke dalam grand reality. Grand solidarity adalah rasa kebersamaan untuk membangun bangsa, yang didasarkan atas spirit, tekad, dan visi yang diajarkan founding father’s. Adapun grand reality adalah upaya untuk mengaplikasi masa lalu ke konteks masa kini. Pada level praksis, program-program pembangunan harus dilandasi semangat kesetiakawanan yang diwujudkan dalam bentuk pemberdayaan. Pemerintah wajib memberi umpan (akses permodalan), memandu bagaimana cara memancing (akses SDM), menunjukkan di mana memancingnya (akses teknologi dan informasi), serta menunjukkan di mana menjual ikannya (akses market).

Di tingkat masyarakat, dapat ditradisikan satu orang kaya yang tinggal di permukiman miskin membantu orang miskin. Inilah yang disebut kepedulian sosial. Jika hal ini dilakukan secara simultan, akan tercipta keharmonisan di tingkat negara maupun kehidupan masyarakat.

Maka, inilah saatnya kita menemukan kembali solidaritas sosial nasional dan jati diri bangsa. Kita harus menumbuhkan semangat kebersamaan dan kepedulian dalam menghadapi tantangan kebangsaan.

SAEFAKI PRATIWI

2SA01

Kamis, 21 Oktober 2010

SOSIOLOGI

SOSIOLOGI

1.

Istilah sosiologi pertama kali dikemukakan oleh ahli filsafat , moralis sekaligus sosiolog berkebangsaan Perancis, Auguste Comte melalui sebuah karyanya yang berjudul Cours de Philosophie Positive. Secara etimologis ( asal kata ) sosiologi berasal dari kata socius dan logos. Dalam bahasa Romawi ( Latin ) Socius berarti teman atau sesama dan logos yang artinya ilmu. Jadi, secara harfiah sosiologi berarti membicarakan atau memperbincangkan pergaulan hidup manusia. Pengertian tersebut akhirnya diperluas menjadi ilmu pengetahuan yang membahas dan nmempelajari kehidupan manusia dalam masyarakat.

2.

Karena sosiologi mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil pemikiran ilmiah dan dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa,negara dan berbagai organisasi politik ,ekonomi,sosial.

3.

Pokok bahasan sosiologi ada empat :

a. Fakta sosial sebagai cara bertindak,berpikir dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunyai kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut.

b. Tindakan sosial sebagai tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain.

c. Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi dimasyarakat maupun yang ada didalam diri manusia.

d. Realitas sosial adalah pengungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghgindari penilaian normatif.

Sedangkan ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi,distribusi,pertukaran dan konsumsi barang dan jasa.

Ilmu politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.

4.

a. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam.

b. Metodis. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran.

c. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga terbentuk suatu system yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.

d. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu)

5.

Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antara manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri .

Objek formal sosiologi lebih menekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat. Objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara manusia serta poroses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.

6.

Saling ketergantungan satu sama lain. Memiliki pemikiran,perasaan,serta system/aturan yang sama. Dapat berinteraksi satu sama alin. Mempunyai kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan yang sama.

7.

Metode kualitatif yang mengutamakan bahan atau hasil pengamatan yang sukar diukur dengan angka – angka meskipun kejadian itu nyata dalam masyarakat. Contohnya pengamatan serta wawancara mendalam.

Metode kuantitatif yang mengutamakan bahan keterangan dengan angka-angka sehingga gejala-gejala yang diteliti dapat diukur dengan menggunakan skala,indeks dan formula. Contohnya eksperimen, penggunaan data yang tersedia atau analisis isi.

8.

Metode fungsionalisme adalah metode yang digunakan untuk menilai kegunaan lembaga-lembaga sosial masyarakat dan struktur sosial masyarakat. Metode fungsionalis melihat masyarakat sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerja sama secara terorganisir dan memiliki seperangkat aturan dan nilai yang dianut oleh sebagian besar anggotanya. Masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang stabil dengang kecenderungan kearah keseimbangan, yaitu untuk mempertahankan system kerja yang selaras dan seimbang. Kelompok atau lembaga melaksanakan tugas tertentu secara terus-menerus sesuai dengan fungsinya.

SAEFAKI PRATIWI

2SA01

ILMU SOSIAL DASAR

Minggu, 16 Mei 2010

RANGKUMAN NOVEL

Rangkuman Novel “Oh My God”


Suatu ketika,Ayara dan Benno berpisah . Benno meninggalkan Ayara tanpa alasan yang pasti. Ayara bekerja di kafe Mimosa , dia masih duduk dibangku SMA , setelah pulang sekolah ia pergi bekerja. Tidak sengaja ketika ia sedang mengantar pesanan, segelas jus tumpah dimeja seorang cowok tampan bernama Ren. Ternyata Ren adalah sepupu Felita,pemilik kafe Mimosa yang tidak lain adalah tempat dimana Ayara bekerja. Tak lama, Ren pun jatuh cinta pada Ayara, namun Ayara belum bisa menerima Ren karena Benno masih ada dihati Ayara. Ren pun tak menyerah untuk mendapatkan hati Ayara. Hingga lama-kelamaan Ayara dapat menerima Ren sebagai kekasihnya. Benno pun muncul lagi dihadapan Ayara untuk menjelaskan apa yang telah terjadi padanya sehingga harus meninggalkan Ayara dengan tujuan kembali pada Ayara. Ternyata, Ren adalah saudara kandung Benno. Orang tua mereka bercerai disaat mereka masih kecil. Setelah semua kejadian itu, Ren dan Ayara menjalin kasih hingga mereka menikah dan hidup bahagia.

RESENSI NOVEL, UNSUR INTRINSIK dan EKSTRINSIK

Resensi Novel “Oh My God”



Judul : Oh My God
Pengarang : Chika Riki
Tahun Penulisan : 2007
Penerbit : Aditera Teens (Grup Syaamil)





Unsur Intrinsik Novel



Tema : Kehidupan tidak datar,pasti kita akan menemukan baik dan buruk.Untuk itu,jalanilah kehidupan.



Perwatakan :

- Ayara
Baik
Cuek
Bertanggung jawab
Setia kawan
Lembut
Keras kepala
Gigih
Pantang menyerah




- Ren
Baik
Sabar
Penyayang
Setia
Dewasa
Cuek

- Benno
Tidak setia
Belagu
Bertanggungjawab
Licik


- Wita
Bawel
Baik
Setia kawan


- Mita
Setia kawan
Baik
Pengertian
Cerewet


- Felita
Anggun
Baik
Lembut
Dewasa
Pengertian
Cerdas





- Bos Anti
Judes
Kurang baik
Galak
Tidak setia
Pintar




- Shandy
Comel
Berlogat seperti perempuan
Biang gosip
Cerewet


- Sapta
Setia kawan
Pengertian
Jahil


- Tamtam
Baik
Setia kawan


- Papa Ayara
Keras kepala
Galak
Baik
Penyayang
Bertanggungjawab






- Mama Ayara
Sabar
Penyayang
Baik
Pengertian
Lembut


- Mama Ren
Bertanggung jawab
Baik
Penyayang


- Pak Soedwitama
Baik
Berwibawa
Bertanggungjawab


- Willian
Baik
Bertanggungjawab
Supel

- Nolly
Tidak setia kawan
Baik


- Damian
Baik
Sabar
Terbuka


- Pak Dede
Baik
Tidak setia kawan


- Pak Wawa
Ramah
Baik




Latar

Waktu
Pagi
Siang
Sore
Malam


Tempat
Rumah Ayara
Rumah Ren
Kafe Mimosa
Rumah sakit
Jalan raya
Sekolah
Rumah teman Ren
Mobil


Suasana
Suka
Duka
Bahagia
Haru
Sedih
Gembira
Ramai
Sepi


Plot/alur
Maju dan Mundur (kombinasi)

Sudut pandang
Pengarang serba tahu



Gaya bahasa
Campuran ( umum,formal dan nonformal )



Amanat
Jalani hidup apapun kondisinya.Setiap apapun yang terjadi pasti ada hikmah yang dapat dipetik.Ada sedih pasti ada bahagia.Semua ada masa dan waktunya.Bersabarlah dalam menjalani semua keadaan kehidupan.

























Unsur Ekstrinsik



Faktor sosial
Peduli sesama,saling membantu,bertanggungjawab.



Faktor budaya
Menjalani hidup apapun kondisinya dan mengambil hikmah setiap apapun yang terjadi.



Faktor ekonomi
Mandiri dalam membiayi hidup (bekerja),tidak selalu bergantung kepada orang tua.





SAEFAKI PRATIWI
1SA01

RESENSI NOVEL

Resensi Novel “Oh My God”




Jenis Novel : Remaja
Judul Novel : Oh My God
Pengarang : Chika Riki
Tahun Penulisan : 2007
Penerbit : Aditera Teens (Grup Syaamil)
Tebal Halaman : 133 Halaman




Novel ini menceritakan kisah cinta dan kehidupan seoarang gadis bernama Ayara. Ayara adalah seorang pelajar SMA sekaligus pekerja di restaurant. Suatu ketika Benno kekasih Ayara meninggalkannya, sesaat setelah itu datanglah seorang laki-laki bernama Ren. Kisah kehidupan dan cinta Ayara dan Benno dimulai hingga terkuaklah rahasia Ren an Benno.
Kelebihan dari novel ini adalah kita dapat mengambil sisi positif nya, yaitu belajar sambil bekerja untuk mengurangi beban orang tua dalam membiayai kehidupan kita. Kita juga dapat mengambil makna dari kisah kehidupan ini.
Kekurangan dari novel ini adalah jalan cerita yang kurang menarik dan ter lalu pendek jalan ceritanya.
Pendapat saya tenteng novel ini,novel ini sudah cukup bagus namun kurang menarik dan ceritanya terlalu singkat.